Oleh J.C. Mangimbulude
Politeknik Perdamaian Halmahera
Rasionalisasi
Sukandarrumidi., dkk, 2019 menjelaskan dalam buku Geotoksikologi bahwa Indonesia merupakan wilayah Ring of Fire karena posisinya berada di Cincin atau Lingkar Api Pasifik, yang terbentang sepanjang 40.000 km. Menurut National Oceanic and Atmospheric Administration United State, Kawasan Ring of Fire berada di wilayah Samudra Pasifik yang memiliki lebih dari 450 gunung berapi aktif. Area ini membentang dari Selandia Baru, Jepang, melintasi Selat Bering, melalui pantai Barat Amerika Serikat dan berakhir di ujung Amerika Selatan.
Indonesia memiliki banyak gunung berapi (aktif maupun tidak aktif), menurut data tahun 2012 kurang lebih ada 127 gunung api aktif di Indonesia. Sebagian besar terletak di Jawa dan Sumatra.
Menarik bahwa di Kawasan Maluku Utara terdapat 5 gunung berapi dan 4 diantaranya terletak di Pulau Halmahera.
Dalam 5 tahun tahun terakhir Gunung Api Dukono (di Halmahera Utara) dan Gunung Api Ibu (Halmahera Barat), aktif mengeluarkan abu vulkanik secara periodic.
Keberadaan gunung berapi perlu dipahami sebagai suatu keuntungan sumber daya yang memiliki aspek ekonomis bagi masyarakat. Namun, perlu dipahami secara benar dampak negatif yang dapat ditimbulkan akibat dari aktivitas geologi yang berpengaruh terhadap aktivitas gunung berapi.
Artikel ini , mereview beberapa hasil analysis laboratorium terkait dengan komposisi kimiawi dari abu vulkanik. Pemahaman secara benar tentang komposisi kimiawi abu vulkanik dan dampak ikutan terhadap Kesehatan lingkungan dan masyarakat akan memberikan pemahaman komprehensif dan upaya konkrit melindungi masyarakat dari dampak negatif abu vulkanik.
Karakteristik Fisik
Abu vulkanik, yang merupakan hasil letusan gunung berapi, memiliki ukuran partikel yang sangat kecil, umumnya kurang dari 2 mm (0,08 inci). Partikel-partikel ini terdiri dari pecahan kecil batuan, mineral, dan kaca vulkanik. “Secara geologis, abu vulkanik adalah material batuan vulkanik yang berasal dari magma panas dan cair yang membeku secara cepat, bentuk abu ini berbeda dengan abu biasa yang pembentukannya lebih lambat. Jika abu biasa, seperti abu hasil pembakaran batubara bentuk partikelnya bulat, abu vulkanik ini mirip gelas kaca.
Komposisi Kimia
Beberapa literatur seperti Cas and Wright, 1988; Smith at al., 1983; Christenson,2000, Wahyuni dkk, 2012 menulis bahwa abu vulkanik mengandung beberapa unsur-unsur seperti Silikon (Si),Aluminium (Al), Besi (Fe),Calsium (Ca), Magnesium (Mg), Natrium (Na), Kalium (K) dan Sulfur (S) dan unsur mikro termasuk logam berat.
Sampai saat ini belum banyak kajian dan analisa laboratorium kandungan kimia abu vulkanik Gunung api Dukono di Halmahera, walaupun demikian kandungan komposisi kimiawi abu vulkanik di setiap tempat relative sama, dan hanya ada sedikit perbedaan dalam hal konsentrasi. .
Berikut ini adalah kandungan kimiawi (makro) yang di ambil dari abu vulknik gunung Merapi di Jawa Tengah dan dibandingan dengan hasil studi lainnya dari tempat lain.
Silikom oksida atau silika merupakan senyawa utama yang banyak dijumlai pada abu vulkanik. Kandungannya diatas 50%, atau di dalam 10 gram abu vulkaning, 50 gram adalah silika. Silika digunakan dalam industry kaca jendela, gelas minum, botol minuman, dan banyak kegunaan lain. serat optik untuk telekomunikasi sebagian besar dibuat dari silika. Selain itu mengandung juga beberapa unsur makro yang berfungsi untuk menyuburkan tanah sehingga menopang pertumbuhan tananaman seperti Mg. Ca. K. Na.
Mengandung unsur unsur seperti Barium, Cobalt, Krom, Tembaga Timah, Sulfur, Stronsium, vandadium dan lain lain seperti pada table berikut. Unsur yang paling banyak ditemukan adalah Barium dan Belerang berada pada kisaran diatas 400 mg/ setiap Kg abu vulkanin.
Abu vulkanik mengandung beberapa logam berat yang memiliki tingkat toksisitas ( tingkat memberikan efek berbahaya) bagi mahkluk hidup. Konsentrasi logam berap pada abu vulkanik relative kecil, tetapi patutu diber perhatian karena akumulasi unsur unsur logam di alam akan memberikan dampak negatif bagi lingkungan. Berkut kandungan logam berat abu vulkanik.
Menarik beberapa peneliti melaporkan bahwa pada lokasi tertentu abu vulkanik mengandung emas (Au) diperkirakan < 100 mg/ 1 kg abu vulkanik (Wahyuni dkk, 2012).
Dampak Terhadap Lingkungan dan Kesehatan
Secara umum akumulasi abu vulkanik di perairan maupun tanah dapat memberikan perubahan karakater lingkungan, yang cenderung bersifat asam karena pH kurang dari 6, walaupun dalam beberapa kasus ditemukan pH tanah bersifat basa karena pH >8. Faktor ini berkaitan erat dengan kerusakan material bangunan, arsitek akibat korosi.
Sejumlah studi membuktikan bahwa dalam jumlah yang tinggi dan dengan frekuensi terpapar abu vulkanik yang cukup sering akan memberikan dampak pada kematian tanaman, potensi gagal panen, iritasi mata dan kulit karena sehingga menimbulkan rasa gatal yang mengganggu serta pencemaran lingkungan perairan atau tanah.
Perlu mendapat perhatian serius karena Abu vulkanik dapat menyebabkan berbagai masalah pernapasan, mulai dari iritasi ringan hingga penyakit serius seperti ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut), bronkitis, dan bahkan silicosis (Batuk berdahak), terutama bagi mereka yang sudah memiliki masalah pernapasan.
Satu studi yang dilakukan oleh Hamisi dkk., 2022 tentang adakah hubungan antara paparan Abu Vulkanik terhadap kejadian Ispa di masyarakat desa Gosoma, Tobelo-Halmahera Utara, menyimpulkan bahwa ditemukan adanya hubungan antara paparan abu vulkanik gunung Merapi dukono terhadap kejadian ISPA. Lebih lanjut dijelaskan bahwa ada 44 kasus ispa akibat terpapara abu vulkanik di masyarakat desa gosoma kota tobelo, 38 kasus ISPA berada dalam kategori ringan dan 5 kasus ISPA dengan klasifikasi berat.
Mitigasi
Kita tidak dapat menghentikan turunnya abu vulkanik, tetapi kita dapat mempelajari pola sebaran paparan debu vulkanik di beberapa Kawasan di Halmahera utara. Sehingga Upaya mitigasi pada Masyarakat di Kawasan terpapar abu vulkanik dapat dilakukan dengan cara sederhananya , berupa himbauan penggunaan masker ketika melakukan aktivitas diluar rumah. Selain itu, untuk mengurang tebaran abu vulkanik yang sudah jatuh ke tanah ke tempat tempat lain maka perlu dilakukan penyiraman jalan-jalan utama secara periodic oleh pemerintah atau oleh masyarakat.
Penutup
Review literatur singkat ini memberikan gambaran jelas tetang komposisi kimiawi abu vulkanik dan dampaknya terhadap lingkungan dan kesehatan masyarakat. Kabupaten Halmahera utara, terdapat gunung berapi aktif (Gunung Dukono) yang secara periodik mengeluarkan abu vulkanik beberapa kali dalam setahun, dan menyebar jatuh ke beberapa wilayah bergantung arah angin.
Kejadian semacam ini sering terjadi dan berulang setiap saat, sehingga masyarakat menjadi terbiasa, dan bahkan tidak menggunakan masker ketika abu vulkanik turun. Walaupun telah terbiasa, tetapi kejadian ini sesungguhnya menunjukan bahwa frekuensi masyarakat Halmahera utara terutama di wilayah Tobelo-Galela-Kusuri sering terpapar berulang kali dengan abu vulkanik. Fakta ini menunjukan ada potensi kerusakan lingkungan dan gangguan Kesehatan saluran pernapasan di wilayah tersebut.
Pemerintah setempat perlu hadir dalam menurunkan potensi kerusakan dan gangguan Kesehatan masyarakat melalui kebijakan strategik terutama proteksi diri dari paparan abu vulkanik.
Tidak ada komentar