MorotaiPost-Halut
Ambruknya jembatan Pasawane di Galela Utara, beberapa waktu lalu, mendapat perhatian serius dari berbagai pihak. Hal ini karena masyarakat langsung merasa dampaknya yaitu putusnya akses jalan saat bepergian ke wilayah tersebut.
Salah seorang Pemerhati Pembangunan Infrastruktur di Halut, Ir. Morens Panganton langsung angkat bicara terkait persoalan tersebut saat berbincang dengan awak media ini di kediamannya desa Gura, Jumat, (25/04/25).
Menurut Morens, ambruknya jembatan tersebut disebabkan oleh gagalnya perencanaan awal yang tidak mengambil data akurat sehingga terjadi seperti ini.
“Ambruknya jembatan Pasawane itu disebabkan karena gagalnya perencanaan awal dimana saat perencanaan, mereka kurang memperhitungkan intensitas curah hujan yang terjadi di hulu sungai, kurang akurat data survei lapangan dan kurangnya informasi tentang lokasi rencana atau gambar rencana dibuat asal jadi dimana kontraktornya asal kerja saja tidak mencermati gambar rencana dengan teliti untuk direvisi sehingga perletakan Abutmen / fondasi jembatan yang akan dikerjakan tidak pada tempat yang pas secara teknis untuk alur air sungai yang akan melewati kolong jembatan rencana”, ungkap Morens.
Lebih lanjut dipaparkan oleh Morens bahwa cara kerja seperti ini harus dirobah yaitu setiap perencanaan yang beresiko tinggi seperti perhitungan untuk proyek jalan dan jembatan harus diberikan kepada yang profesional, yang punya keahlian di bidang itu.
“Menurut kami, Bupati Piet harus segera ambil langkah cepat dan tegas untuk setiap perencanaan infrastruktur harus diberikan kepada Asosiasi/Konsultan yang ahli di bidangnya supaya sanksi atau hukuman ditanggung oleh Asosiasi dengan cara diblacklist, teguran atau lainnya”, ungkap Morens.
Konsultan Senior ini juga mengingatkan bahwa kegagalan perencana infrastruktur akan terjadi juga pada jembatan di muara sungai desa Katana, Tobelo Selatan dimana jika suatu saat nanti intensitas hujan tinggi dan terjadi selama 3 hari berturut-turut maka bisa saja jembatan tersebut terjadi seperti yang di Galela Utara.
“Kami yang disain jembatan Katana itu dimana bentangan nya 68 meter karena memperhitungkan semua kemungkinan yang akan terjadi, tetapi anehnya saat dibangun hanya 30 an meter. Jadi jangan kaget jika suatu saat nanti dengan intensitas hujan yang tinggi, jembatan ini akan alami hal yang sama.
Kami sendiri tidak tahu pertimbangan apa yang mereka ambil sehingga bentangan jembatan Katana itu diperkecil dari bentangan 68 meter, namun dikerjakan hanya sekitar 30 an meter. Padahal ini sangat beresiko.
Selain itu ada lagi 1 jembatan di Kao Barat yang abutmen turun sehingga jembatannya jadi miring. Yang ini gagal konstruksi”, papar Morens.
Karena itu Morens mengharapkan agar Bupati Halut, Piet Hein Babua segera mempertimbangkan untuk mencopot Kadis PUTR, William Jesajas dari jabatannya dan diberikan kepada mereka yang lebih berkompeten sehingga perencanaan dan pembangunan infrastruktur di Halut bisa dikerjakan dengan lebih baik dan bisa dipertanggungjawabkan. (ko).
Tidak ada komentar